Bismillahirrahmanirahim segala puji bagi Allah yang
senantiasa memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga pada malam ini oci bisa
telungkup diatas sprei tosca kamar teh Ina, yang insyaAllah penuh rahmat ini.
Laporan ini dituliskan sebagaimana hanya untuk curahan semata dari isi hati
seorang anak kedua yang pura-pura menjadi yang terkuat setahun belakangan ini.
Dari kata ‘ini’ yang lebih banyak tertulis tidak sebagaimana mestinya, maka
izinkanlah oci untuk menyampaikan maaf sebelumnya. Juga dari air mata yang
insyaAllah oci biarin ajalah pada keluar malam ini tapi jangan terlalu banyak
karena nanti sahur bisa jadi mengganggu orang rumah yang melihatnya. Kurang
lebih dari 8 baris basa-basi yang dituliskan sedari jam 21.30 wib tadi, mungkin
sudah cukup kiranya. Untuk itu, selanjutnya laporan ini akan dituliskan
sebagaimana mestinya. Terhitung sejak tanggal 22 Agustus 2015, dari suhu 29’c
kota Dayeuh kolot Bandung, Gedung 3 Asrama Putera yang dialihkan menjadi Gedung
G asrama Puteri Universits Telkom.
Tepatnya lantai 2, kamar nomor 204 yang diisi oleh 2 anak perempuan asal
Tangerang, 1 Bogor, dan satunya lagi dari Medan. Bukankah ini laporan kinerja
tahunan? Lantas untuk apa menceritakan kronologi kejadian yang tidak akan
menjadi favorite itu. Mungkin singkatnya aja. Semua tahu kan? Malam itu oci
pulang. Maaf seharusnya tidak ada kata semua disini. Karena laporan ini
diperuntukan untuk Bapak. Mungkin begini enaknya:
Iya, malam itu oci pulang sebagaimana harusnya. Oci
nangis sebagaimana harusnya. Juga marah, yang ini tidak sebagaimana harusnya.
Oci gak karuan, mungkin ini yang tepat untuk menggambarkan bagaimana oci pada
saat itu pak. Sebelumnya maaf disini modelnya laporan, jadi agak sedikit resmi
yang bukan oci banget. Lapor, oci gak pernah balik lagi ke Bandung setelah
pulang pada malam itu, selain ambil barang-barang di asrama pada hari senin
yang sudah lupa tepatnya pada tanggal berapa, pun sekalian mengurus surat
pengunduran diri yang sampai sekarang belum di acc. Oci berhenti berteman
dengan bayang-bayang kota itu, Bandung. Tapi tidak pernah menutuskan untuk
membencinya. Keputusan ini bulat. Seperti lingkaran yang dibuat oleh jangka,
pun oleh uang koin sebagai cetakannya. Tidak ada yang bisa mencegah, keingan untuk
bersama ibu, teh ina dan adam jauh lebih kuat dibandingkan doa pak ustad yang
nyoba jampe-jampe ngasih aer biar oci mau balik ke Bandung, juga dibandingkan
dengan mereka yang tertuntun dengan kata-kata kuat menyakitkan. Seperti anak
yatim tidak tahu diri. Ketahuilah pak, pada saat itu keingan untuk bersama jauh
lebih kuat dari apapun. Diperekat dengan
kenyataan bahwa pergi nya bapak, itu berarti kursi kemudi dimobil keluarga jadi
kosong. Adam adalah satu-satunya lelaki saat ini. Tapi kenyataan tidak memihak
untuk menjadikan adam langsung pengganti sosok bapak. Usianya masih belia.
Masih banyak pelajaran dan ujian yang harus dia tempuh untuk meraih gelar
pengganti itu. Sementara itu, kami lah. Ibu, oci, dan teh ina yang akan
menggantikan peran sementara dari sosok bapak selagi adam menyelesaikan
semuanya. Lapor, disini peran bapak di kursi kemudi oci yang ambil alih.
Mengurus mobil keluarga yang sesekali oci pake buat main sama temen sekedar
makan di jam kosong waktu kuliah, diluar itu oci ga berani make mobil buat yang
macem-macem tanpa seizin ibu. Selama setahun ini, oci belajar situasi jalanan.
Walau sekedar serpong- bintaro yang ditempuh lewat jalan tol dengan waktu 15-30
menit sesuai situasi. Oci belajar, bagaimana kita sabar dan mengalah. Juga
bagaimana memintamaaf tanpa ada salah, berterima kasih tanpa ada ucapan,
menghargai yang lebih membutuhkan, merelakan kepada yang lebih kecil, serta menaikkan konsentrasi dikala hujan dan
gelap malam berpasangan. Oci minta maaf, banyak ya minta maafnya. Pertama, dari bodi samping yang melengkung bergaret
ungu,cindra mata hujan malam diputeran cilenggan depan ruko bsd. Kedua, dari
bamper kiri yang emm ada kaya cap logo apaya
gitu akibat aksi mundur ngikutin gaya bapak gapake mencang-mencong yang
berakhir diserut batako. Ketiga, dari kaca spion tengah yang gak sengaja patah
diputer karna maksa mau pake lipstick baru. Keempat, dari kaca spion kanan yang
pecah dan copot tabrakan sama mobil yang sampe sekarang gatau itu mobil apa
yang nabrak, karena lagi-lagi kala itu hujan bersama gelap malam berpasangan
dan berhasil menutupi identitas mobil tersebut. Kelima, keenam , ketujuh masih
banyak baret-baret yang lainnya. Selepas
dari itu, selama setahun ini, mobil keluarga banyak tuntutannya. Mulai dari aki yang
soak di jam kuliah. Jadilah pas oci mau pulang mobil gak bisa distater. Panik.
Bingung karena ga ngerti apa-apa soal mesin. Yang oci tahu, ini urusannya
laki-laki. Oci telfon nomer bapak, suara ibu yang keluar. Oci lupa, nomer bapak
udh diambil alih sama ibu. Lagipun diakherat mana ada signal ya pak? Kalo ada
pasti kita video call setiap hari. Hari itu oci pulang lebih malem dari anak
akuntansi yang lainnya. Nunggu mang yaya supir nyamper beresin mobil. Sekarang
oci tahu pak, kalo oli harus diganti rutin selama berapa banyak kilometer
jalannya ya? Oci juga tahu gimana cara gantinya, yang penting uangnya ada,terus
pergi bawa mobilnya ke jalanan rawabuntu, disitu banyak tempat ganti oli
ternyata. Dulu, waktu semua urusan mobil gapernah oci peduli yang oci tahu
rawabuntu hanyalah surga jajanan mulai dari soto mamat,bebek kaleyo, sampe
bakso solo langganan kita. Oh iya, sama
yang sosis bakar dimobil container deket latinos itu. Beres dari urusan oli, ternyata ban adalah yang harus diperhatikan juga.
Laras bilang ban mobil keluarga kita udah botak. Itu berarti berpotensi buruk
buat dipake ngebut apalagi dijalan tol. Jadilah surat-surat pendek, beserta mp3
ngaji yasin selalu berputar dikala waktu sempit dan harus menempuh dengan
kecepatan 100-120 km/jam dengan harapan kalopun terjadi sesuatu, setidaknya oci
bersama dengan surat-surat Allah. Lagi-lagi ganti ban bukan hal yang sulit.
Dengan uang ditangan, lantas pergi ke giant yang ternyata bukan cuma ada pizza
dominos yang terlihat diparkir basement. Tapi juga ada tpko ban terpercaya
disana, dapet sumber dari ervin. Gak selesai sampe disitu, ac mobil mulai
demo kerja. Ditengah teriknya ramadhan tahun ini suhu mencapai 35-36'c maka
persoalan yang ini harus segera diatasi. Katanya harus isi freon. Entah apa itu
freon. Sentra onderdil yang tanjakannya kaya arena balap itu, ternyata
disitu isinya tukang service semua ya pak? Kirain oci toko assesoris mobil
gitu. Ternyata selain belajar akuntansi oci juga belajar banyak tentang mobil.
Oh iya masih ada 2 pr lagi nih pak. Kata mang wawan buluk kampas rem harus
dicek. Sama nanti 27 july udah waktunya bayar pajak mobil.
Oh iya setahun ini oci juga lumayan banyak progress nya pak didunia
persetiran. Bapak tahu? Oci udah nyetir sampe puncak lohh. Ga sampe puncak pas
nya sih tp ini puncak perjalanan nyetir terjauh oci setahun ini. Waktu acara
ulang tahun kepala sekolah ibu. Oci juga berhasil nyetir lawan ngantuk sampe
jam 12.30 malem waktu jemput temen teh ina yg lagi nginep dirumah. Dan oci juga
udah nyobain nyetir dijalanan manganga!! Iya yg dimenes itu pak, yang jalannya
ekstrim banget, tanjakan sama turunan curam bergelombang, oci berhasil!! Juga
nyetir ke nyompok kampungnya wa ade. Oci bisa pak, tanpa digantiin loh waktu
itu, katanya kalo udah bisa nyetir ke nyompok berati hebat, simnya gak nembak
hehehe.
Sejauh ini, yang mungkin akan terus jauh sampai jarak tak terhitung, oci
akan terus berusaha untuk menekan ego. Merelakan jam bermain, merelakan
waktu untuk kami yang sekarang. Kemanapun ibu mau pergi, kemanapun adam mau
dijemput, kemanapun teh ina mau dianter, oci akan berusaha buat menuhin karena
ini yang memperkuat oci pulang dari Bandung. Oci akan berusaha buat gantiin
posisi bapak di kursi kemudi. Maaf atas kata-kata kasar yg keluar tak sengaja
karena kondisi jalanan yang memancing.
Terkadang memiliki sebuah ingin seperti yang lain pak.
Pulang kuliah pergi main sama temen, sekedar main ke rumah siapa atau makan
di luar. Tapi telfon dari ibu selalu jadi bel untuk pulang karena ada urusan
yang harus diurus. Sabtu atau minggu pengen pergi sekedar nonton film atau
nongkrong di warung roti. Tapi sabtu, ibu suka ngajak pergi ke mall atau
kemanapun asal kami bersama. Dan minggu, waktu kami untuk berkunjung ke pusara
bapak. Menengok pohon ketapang yang oci beli ditekno sama ibu. Juga pastinya
melepas rindu dengan lantunan yasin berfoto bapak itu. Semua sabtu dan
minggu tidak selalu seperti itu. Ada kalanya pergi ke rumah saudara, refreshing
ke mall, dan lebih sering kondangan. Selain mengganti posisi dikursi kemudi.
Oci juga mengganti posisi disebelah ibu sewaktu kondangan. Gak sering, tp
beberapa kali.
Bapak tahu?
Selepas dari bulan agustus di 2015, meja makan sepi. Sepi dari masakan ibu,
juga kita yang biasa duduk bersama disana. Lauk yang biasanya bertahan hanya
dalam waktu 2 hari. Kali ini, pernah sampai ada yang bertahan sampai seminggu.
Nasi? Lebih sering kebuang karena basi. Kami lebih sering jajan diluar pak.
Maaf kami menghindar. dari kebiasaan-kebiasaan bersama bapak. Karena itu metode
yang kami pilih untuk melanjutkan hidup ini. Kami lebih sering makan didepan
tv.
Bapak tahu?
Kami sering bersembunyi. Tapi oci selalu tau tempat mereka bersembunyi. Ibu,
sesederhana sembunyi dibalik bantak tidur siang kala azan dzuhur berkumandang.
Itu azan paling menyakitkan menurut ibu. Karena mengingatkan dengan bapak yang
selalu pulang disiang hari untuk makan siang bersama di jam istirahatnya. Waktu
azan itu oci liat ibu nangis, tapi maaf pak oci gabisa nyamperin buat sekedar
meluk ibu, karena oci gabisa nangis didepan orang, oci gasuka, oci pengen jadi
orang yang selalu menyenangkan. Teh ina, dialah yang paling terang-terangan,
mengungkapkan semuanya kadang tersembunyi oleh ungkapannya sendiri, dia paling
gabisa nahan perasaan, seperti menangis saat kejadian september lalu ditoko
emas waktu anter ibu jual emas pasca perginya bapak. Dia selalu ngajak oci
ngobrol sekedar ngenang bapak, bilang kangen bapak, dan apapun soal bapak. Tapi
maaf pak gapernah oci tanggepin. Karena oci tahu kalo oci ikut larut didalamnya
maka hanya air mata yang keluar. Oci gasuka nangis didepan orang, oci pengen
selalu jadi yang menyenangkan. Adam? Dia selalu bersembunyi dikenangan-kenangan
bersama bapak, dari kami semua, dialah yang memiliki waktu paling sedikit
bersama bapak, tp dia yang selalu banyak cerita dan oci tahu pak dibalik cerita
itu ada sedih dan rindu yang tersembunyi. Senarnya oci lah yang paling lemah,
sampai sekarang oci masih gabisa diajak ngobrol menganang bapak bersama
siapapun kecuali Allah swt, dengan tulisan, dan tangisan seorang diri.
Oh iya,
sekarang ibu berbagi cerita ke oci. Curhat semuanya ke oci. Dari kejadian yang
bikin ibu kesel, sedih, ketawa, marah, seneng, semuanya di ceritain ke oci. Oci selalu berusaha buat memberi solusi atau mengingatkan
sampai menyadarkan tentang beberapa hal ke ibu, tapi selepas dari itu kalau
topik nya berat, oci cuma berusaha buat jadi pendengar yang baik. Oci berusaha
buat nanggepin semuanya dengan santai, gak nambah ibu emosi kalo lg cerita
marah, gak nambah ibu sedih kalo ada yang nyakitin padahal disitu oci juga ikut
sakit banget dengernya. Tapi buat apalagi kita benci sama orang yang udah
nyakitin kita? karena kehadiran mereka adalah soal ujian bagi kita. Yang harus
dilewati dan dikerjakan dengan benar. Bukan dibenci, karena kalo dibenci nanti
remedial. Akan berulang kembali.
Awal puasa
tahun ini bener-bener bikin khawatir. Takut pas buka dari menahan lapar seharian
bukan minum teh manis lebih dahulu tapi malah menangis karena menahan rindu
setahunan. Tapi syukur alhamdulillah, oci tahu kita semua nangis diemdiem
kemarin, tapi kita berhasil buka puasa dengan yang manis bukan dengan menangis.
Sahur juga, oci curiga akan ada saur dengan sayur air mata. Tapi alhamdulillah
kita sahur lancar2 aja ditemanin kuis super family yg sekrang jd tontonan fav
kita.
Selebihnya
saat ini kita lagi nyiapin mental buat hari raya nanti. Untuk hari itu, dari
kemarin ibu sudah bilang, boleh nangis tapi dirumah, gaboleh nangis didepan
orang-orang. Untuk hari itu udah oci persiapkan dari sekrang.
(24/06)