Jumat, 30 September 2016

Laporan buat Bapak



Bismillahirrahmanirahim segala puji bagi Allah yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga pada malam ini oci bisa telungkup diatas sprei tosca kamar teh Ina, yang insyaAllah penuh rahmat ini. Laporan ini dituliskan sebagaimana hanya untuk curahan semata dari isi hati seorang anak kedua yang pura-pura menjadi yang terkuat setahun belakangan ini. Dari kata ‘ini’ yang lebih banyak tertulis tidak sebagaimana mestinya, maka izinkanlah oci untuk menyampaikan maaf sebelumnya. Juga dari air mata yang insyaAllah oci biarin ajalah pada keluar malam ini tapi jangan terlalu banyak karena nanti sahur bisa jadi mengganggu orang rumah yang melihatnya. Kurang lebih dari 8 baris basa-basi yang dituliskan sedari jam 21.30 wib tadi, mungkin sudah cukup kiranya. Untuk itu, selanjutnya laporan ini akan dituliskan sebagaimana mestinya. Terhitung sejak tanggal 22 Agustus 2015, dari suhu 29’c kota Dayeuh kolot Bandung, Gedung 3 Asrama Putera yang dialihkan menjadi Gedung G asrama Puteri Universits Telkom.  Tepatnya lantai 2, kamar nomor 204 yang diisi oleh 2 anak perempuan asal Tangerang, 1 Bogor, dan satunya lagi dari Medan. Bukankah ini laporan kinerja tahunan? Lantas untuk apa menceritakan kronologi kejadian yang tidak akan menjadi favorite itu. Mungkin singkatnya aja. Semua tahu kan? Malam itu oci pulang. Maaf seharusnya tidak ada kata semua disini. Karena laporan ini diperuntukan untuk Bapak. Mungkin begini enaknya:
Iya, malam itu oci pulang sebagaimana harusnya. Oci nangis sebagaimana harusnya. Juga marah, yang ini tidak sebagaimana harusnya. Oci gak karuan, mungkin ini yang tepat untuk menggambarkan bagaimana oci pada saat itu pak. Sebelumnya maaf disini modelnya laporan, jadi agak sedikit resmi yang bukan oci banget. Lapor, oci gak pernah balik lagi ke Bandung setelah pulang pada malam itu, selain ambil barang-barang di asrama pada hari senin yang sudah lupa tepatnya pada tanggal berapa, pun sekalian mengurus surat pengunduran diri yang sampai sekarang belum di acc. Oci berhenti berteman dengan bayang-bayang kota itu, Bandung. Tapi tidak pernah menutuskan untuk membencinya. Keputusan ini bulat. Seperti lingkaran yang dibuat oleh jangka, pun oleh uang koin sebagai cetakannya.  Tidak ada yang bisa mencegah, keingan untuk bersama ibu, teh ina dan adam jauh lebih kuat dibandingkan doa pak ustad yang nyoba jampe-jampe ngasih aer biar oci mau balik ke Bandung, juga dibandingkan dengan mereka yang tertuntun dengan kata-kata kuat menyakitkan. Seperti anak yatim tidak tahu diri. Ketahuilah pak, pada saat itu keingan untuk bersama jauh lebih kuat dari apapun.  Diperekat dengan kenyataan bahwa pergi nya bapak, itu berarti kursi kemudi dimobil keluarga jadi kosong. Adam adalah satu-satunya lelaki saat ini. Tapi kenyataan tidak memihak untuk menjadikan adam langsung pengganti sosok bapak. Usianya masih belia. Masih banyak pelajaran dan ujian yang harus dia tempuh untuk meraih gelar pengganti itu. Sementara itu, kami lah. Ibu, oci, dan teh ina yang akan menggantikan peran sementara dari sosok bapak selagi adam menyelesaikan semuanya. Lapor, disini peran bapak di kursi kemudi oci yang ambil alih. Mengurus mobil keluarga yang sesekali oci pake buat main sama temen sekedar makan di jam kosong waktu kuliah, diluar itu oci ga berani make mobil buat yang macem-macem tanpa seizin ibu. Selama setahun ini, oci belajar situasi jalanan. Walau sekedar serpong- bintaro yang ditempuh lewat jalan tol dengan waktu 15-30 menit sesuai situasi. Oci belajar, bagaimana kita sabar dan mengalah. Juga bagaimana memintamaaf tanpa ada salah, berterima kasih tanpa ada ucapan, menghargai yang lebih membutuhkan, merelakan kepada yang lebih kecil,  serta menaikkan konsentrasi dikala hujan dan gelap malam berpasangan. Oci minta maaf, banyak ya minta maafnya. Pertama,  dari bodi samping yang melengkung bergaret ungu,cindra mata hujan malam diputeran cilenggan depan ruko bsd. Kedua, dari bamper kiri yang  emm ada kaya cap logo apaya gitu akibat aksi mundur ngikutin gaya bapak gapake mencang-mencong yang berakhir diserut batako. Ketiga, dari kaca spion tengah yang gak sengaja patah diputer karna maksa mau pake lipstick baru. Keempat, dari kaca spion kanan yang pecah dan copot tabrakan sama mobil yang sampe sekarang gatau itu mobil apa yang nabrak, karena lagi-lagi kala itu hujan bersama gelap malam berpasangan dan berhasil menutupi identitas mobil tersebut. Kelima, keenam , ketujuh masih banyak baret-baret yang lainnya.  Selepas dari itu, selama setahun ini, mobil keluarga banyak tuntutannya.  Mulai dari aki yang soak di jam kuliah. Jadilah pas oci mau pulang mobil gak bisa distater. Panik. Bingung karena ga ngerti apa-apa soal mesin. Yang oci tahu, ini urusannya laki-laki. Oci telfon nomer bapak, suara ibu yang keluar. Oci lupa, nomer bapak udh diambil alih sama ibu. Lagipun diakherat mana ada signal ya pak? Kalo ada pasti kita video call setiap hari. Hari itu oci pulang lebih malem dari anak akuntansi yang lainnya. Nunggu mang yaya supir nyamper beresin mobil. Sekarang oci tahu pak, kalo oli harus diganti rutin selama berapa banyak kilometer jalannya ya? Oci juga tahu gimana cara gantinya, yang penting uangnya ada,terus pergi bawa mobilnya ke jalanan rawabuntu, disitu banyak tempat ganti oli ternyata. Dulu, waktu semua urusan mobil gapernah oci peduli yang oci tahu rawabuntu hanyalah surga jajanan mulai dari soto mamat,bebek kaleyo, sampe bakso solo langganan kita. Oh iya, sama  yang sosis bakar dimobil container deket latinos itu. Beres dari urusan oli, ternyata ban adalah yang harus diperhatikan juga. Laras bilang ban mobil keluarga kita udah botak. Itu berarti berpotensi buruk buat dipake ngebut apalagi dijalan tol. Jadilah surat-surat pendek, beserta mp3 ngaji yasin selalu berputar dikala waktu sempit dan harus menempuh dengan kecepatan 100-120 km/jam dengan harapan kalopun terjadi sesuatu, setidaknya oci bersama dengan surat-surat Allah. Lagi-lagi ganti ban bukan hal yang sulit. Dengan uang ditangan, lantas pergi ke giant yang ternyata bukan cuma ada pizza dominos yang terlihat diparkir basement. Tapi juga ada tpko ban terpercaya disana, dapet sumber dari ervin.  Gak selesai sampe disitu, ac mobil mulai demo kerja. Ditengah teriknya ramadhan tahun ini suhu mencapai 35-36'c maka persoalan yang ini harus segera diatasi. Katanya harus isi freon. Entah apa itu freon.  Sentra onderdil yang tanjakannya kaya arena balap itu, ternyata disitu isinya tukang service semua ya pak? Kirain oci toko assesoris mobil gitu. Ternyata selain belajar akuntansi oci juga belajar banyak tentang mobil.  Oh iya masih ada 2 pr lagi nih pak. Kata mang wawan buluk kampas rem harus dicek. Sama nanti 27 july udah waktunya bayar pajak mobil. 
Oh iya setahun ini oci juga lumayan banyak progress nya pak didunia persetiran. Bapak tahu? Oci udah nyetir sampe puncak lohh. Ga sampe puncak pas nya sih tp ini puncak perjalanan nyetir terjauh oci setahun ini. Waktu acara ulang tahun kepala sekolah ibu. Oci juga berhasil nyetir lawan ngantuk sampe jam 12.30 malem waktu jemput temen teh ina yg lagi nginep dirumah. Dan oci juga udah nyobain nyetir dijalanan manganga!! Iya yg dimenes itu pak, yang jalannya ekstrim banget, tanjakan sama turunan curam bergelombang, oci berhasil!! Juga nyetir ke nyompok kampungnya wa ade. Oci bisa pak, tanpa digantiin loh waktu itu, katanya kalo udah bisa nyetir ke nyompok berati hebat, simnya gak nembak hehehe. 

Sejauh ini, yang mungkin akan terus jauh sampai jarak tak terhitung, oci akan terus berusaha untuk menekan ego.  Merelakan jam bermain, merelakan waktu untuk kami yang sekarang. Kemanapun ibu mau pergi, kemanapun adam mau dijemput, kemanapun teh ina mau dianter, oci akan berusaha buat menuhin karena ini yang memperkuat oci pulang dari Bandung. Oci akan berusaha buat gantiin posisi bapak di kursi kemudi. Maaf atas kata-kata kasar yg keluar tak sengaja karena kondisi jalanan yang memancing. 
Terkadang memiliki sebuah ingin seperti yang lain pak. 
Pulang kuliah pergi main sama temen, sekedar main ke rumah siapa atau makan di luar. Tapi telfon dari ibu selalu jadi bel untuk pulang karena ada urusan yang harus diurus.  Sabtu atau minggu pengen pergi sekedar nonton film atau nongkrong di warung roti. Tapi sabtu, ibu suka ngajak pergi ke mall atau kemanapun asal kami bersama. Dan minggu, waktu kami untuk berkunjung ke pusara bapak. Menengok pohon ketapang yang oci beli ditekno sama ibu. Juga pastinya melepas rindu dengan lantunan yasin berfoto bapak itu.  Semua sabtu dan minggu tidak selalu seperti itu. Ada kalanya pergi ke rumah saudara, refreshing ke mall, dan lebih sering kondangan. Selain mengganti posisi dikursi kemudi. Oci juga mengganti posisi disebelah ibu sewaktu kondangan. Gak sering, tp beberapa kali.

Bapak tahu? Selepas dari bulan agustus di 2015, meja makan sepi. Sepi dari masakan ibu, juga kita yang biasa duduk bersama disana. Lauk yang biasanya bertahan hanya dalam waktu 2 hari. Kali ini, pernah sampai ada yang bertahan sampai seminggu. Nasi? Lebih sering kebuang karena basi. Kami lebih sering jajan diluar pak. Maaf kami menghindar. dari kebiasaan-kebiasaan bersama bapak. Karena itu metode yang kami pilih untuk melanjutkan hidup ini. Kami lebih sering makan didepan tv. 
Bapak tahu? Kami sering bersembunyi. Tapi oci selalu tau tempat mereka bersembunyi. Ibu, sesederhana sembunyi dibalik bantak tidur siang kala azan dzuhur berkumandang. Itu azan paling menyakitkan menurut ibu. Karena mengingatkan dengan bapak yang selalu pulang disiang hari untuk makan siang bersama di jam istirahatnya. Waktu azan itu oci liat ibu nangis, tapi maaf pak oci gabisa nyamperin buat sekedar meluk ibu, karena oci gabisa nangis didepan orang, oci gasuka, oci pengen jadi orang yang selalu menyenangkan. Teh ina, dialah yang paling terang-terangan, mengungkapkan semuanya kadang tersembunyi oleh ungkapannya sendiri, dia paling gabisa nahan perasaan, seperti menangis saat kejadian september lalu ditoko emas waktu anter ibu jual emas pasca perginya bapak. Dia selalu ngajak oci ngobrol sekedar ngenang bapak, bilang kangen bapak, dan apapun soal bapak. Tapi maaf pak gapernah oci tanggepin. Karena oci tahu kalo oci ikut larut didalamnya maka hanya air mata yang keluar. Oci gasuka nangis didepan orang, oci pengen selalu jadi yang menyenangkan. Adam? Dia selalu bersembunyi dikenangan-kenangan bersama bapak, dari kami semua, dialah yang memiliki waktu paling sedikit bersama bapak, tp dia yang selalu banyak cerita dan oci tahu pak dibalik cerita itu ada sedih dan rindu yang tersembunyi. Senarnya oci lah yang paling lemah, sampai sekarang oci masih gabisa diajak ngobrol menganang bapak bersama siapapun kecuali Allah swt, dengan tulisan, dan tangisan seorang diri.

Oh iya, sekarang ibu berbagi cerita ke oci. Curhat semuanya ke oci. Dari kejadian yang bikin ibu kesel, sedih, ketawa, marah, seneng, semuanya di ceritain ke oci. Oci selalu berusaha buat memberi solusi atau mengingatkan sampai menyadarkan tentang beberapa hal ke ibu, tapi selepas dari itu kalau topik nya berat, oci cuma berusaha buat jadi pendengar yang baik. Oci berusaha buat nanggepin semuanya dengan santai, gak nambah ibu emosi kalo lg cerita marah, gak nambah ibu sedih kalo ada yang nyakitin padahal disitu oci juga ikut sakit banget dengernya. Tapi buat apalagi kita benci sama orang yang udah nyakitin kita? karena kehadiran mereka adalah soal ujian bagi kita. Yang harus dilewati dan dikerjakan dengan benar. Bukan dibenci, karena kalo dibenci nanti remedial. Akan berulang kembali.  

Awal puasa tahun ini bener-bener bikin khawatir. Takut pas buka dari menahan lapar seharian bukan minum teh manis lebih dahulu tapi malah menangis karena menahan rindu setahunan. Tapi syukur alhamdulillah, oci tahu kita semua nangis diemdiem kemarin, tapi kita berhasil buka puasa dengan yang manis bukan dengan menangis. Sahur juga, oci curiga akan ada saur dengan sayur air mata. Tapi alhamdulillah kita sahur lancar2 aja ditemanin kuis super family yg sekrang jd tontonan fav kita. 
Selebihnya saat ini kita lagi nyiapin mental buat hari raya nanti. Untuk hari itu, dari kemarin ibu sudah bilang, boleh nangis tapi dirumah, gaboleh nangis didepan orang-orang.  Untuk hari itu udah oci persiapkan dari sekrang. (24/06) 

Selasa, 27 September 2016

22 Agustus 2015

23.18 diatas sofa coklat depan tv. Udah seminggu ini ga tidur dikamar karena emang kamar lg berantakan bgt dan masih nunggu mood buat ngerapihinnya. Gatau nih kenapa gabisa tidur. Padahal siang tadi ga tidur loh. Tiba-tiba pengen ngeblog ajaa. Mau lanjutin yang cerita 2015 sebenernya tapi itu kok gabisa diedit ya? Udah basi banget ga si? Bahkan sekarang udah mau 2017, udah bulan ke 9 di 2016. Udah ah basa basinya. Jd hmmm aku disini  pengen lanjutin tp pengen langsung ke bulan agustus.

AGUSTUS 2015

Kamu tau? Rasanyaa kaya hidup berenti beberapa detik. Otak berenti mikir disaat semuanya emang harus dipikirin. Yap, aku di Bandung waktu itu. Kota yang amat aku cintai setelah Tangsel. Suka aja sama Bandung. Adem. Walikota nya asik, kerja nyata, gaul. Dan sunda banget. Pokonya i love Bandung deh. Dan semua yang selama ini aku khawatirkan, yang suka bikin nangis tengah malem mikirin suatu hal yang belum terjadi tp selalu terbayang-bayang, semua jadi nyata waktu di Bandung. 22 Agustus di kota Dayeuh Kolot, gedung asrama G lantai 2 kamar 204 hari Sabtu. Sabtu itu gaada agenda buat kemana-mana, karena tgl 19 nya udah pergi seharian mutermuter jl riau sampe bip bareng 2 temen kamar asrama, karena yang satunya lagi pulang ke Bogor. Sabtu itu seharian di kamar aja, makan juga delivery apa masak pop mie di majigjer yaa, lupaaa. Bagian menu makan apa Sabtu itu lupaa pokonya. Sekitar jam 3 an kita bertiga nonton film enchanted, sampe jam 5an, abis itu cerita-cerita seru, cerita keluarga, cerita temen sampe heboh-heboh ketawa. Iya si ketawa cuma gatau kenapa pokonya waktu itu aku lagi kangen banget. Tapi gatau sama siapa, abis magrib aku line aril, bilang kayanya lg kangen sama fadil mau line tp gengsi, terus aril bilang line ajaa. Yaudah beneran aku line, cuma gatau mau ngeline topik apa. Sekitar jam 9an  aku dapet line dari adam "teh bapak sakit, tp jgn bilang ke siapasiapa gw ngeline lu ya" DEG. Lemes. Aku langsung nanya banyak banget pertanyaan udah kaya lg wawancara si adam. Gak lama dari itu dapet line lagi "ci, bapa sakit" dari teh ina. Makin ga tenang. Pikiran udah kemana-mana, apalagi pas tau ternyata bapak sampe ke rumah sakit. Karena sebelumnya emg udh ngeberaniin diri buat line fadil "dil" terus di bales "kenapa?" Jd lah yg tadinya bingung topiknya apa, skrg tau mau cerita apa, curhat lah aku sm fadil bilang pengen pulang krn bapak sakit tp takut ngerepotin org2 kalo minta pulang karena senin udah kuliah normal(aku maba). Sekitar jam 10 an dengan hati yang penuh resah,takut,sedih, pokonya kacau banget aku inget aku blm isya, langsung aja ambil wudhu trs solat isya nangis diem-diem jgn sampe salsa sm rystry liat aku nangis krn plis aku gasuka bgt bagibagi nangia dan dikasianin. Abis selesai isya aku langsung naik ke kasur pura2 langsung tidur padahal main hp line-an terus sama adam, teh ina, fadil sampe jam 11 lewat masih nanyain terus bapak udah pulang belom dari rs? Dan sampe jam set 12 dikabarin masih belom pulang juga. Aku cuma tau bapak sakit terus lagi berobat ke rumah sakit. Tapi entah kenapa rasanya kaya aku udah tau apa yang bakalan aku hadapi beberapa jam kedepan. Semuanya belum terjadi waktu itu, tapi gatau kenapa aku tau itu bakalan terjadi. Aku ketiduran jam set 12 lewat. Aku tidur, mata merem, badan tidur, dan otak aku gaada berenti-berentinya mikir "segala sesuatu yang hidup pasti akan kembali kepadaNYA" cuma kata-kata itu yang muter-muter, berulang-ulang sampe kayanya aku rasa aku tidur sambil nangis. Sampe akhirnya aku kebangung jam 12.30 aku cek hp. Banyak line dan ada notif di ig. Dan yang pertama aku buka ig. Karena aku penasaran kok ada notif di ig padahal aku ga abis post foto, dan ternyata ada tetanggaku comment di foto yg dia tag ada akunya ngucapin turut berduka cita. Kamu tau ga rasanya? Mungkin sebagian dari kamu ada yg pernah ngerasain hal yg sama kaya aku. Iya rasanya semua berenti. Gabisa nangis. Gabisa marah. Gabisa ngomong. Aku langsung turun dari kasur, liat ranjang sebelah salsa sm rystry udah pada tidur. Aku langsung ambil wudhu tahajud, dan disaat solat aku baru bisa nangis dan sadar apa yang sebenernya lagi terjadi. Aku r e s m i jadi yatim. Aku mau marah, teriak, mau lempar semua yg ada didepan aku, mau demo sama Allah, tapi gabisa, aku cuma bisa nangis diem akhirnya aku buka hp lagi, cek line, gaada yang ngasih tau aku 'ci bapak udah gaada/ci bapak udah meninggal' atau nelfon aku gitu. Gaada. Gaaada keluarga yg ngasih tau aku kalo aku udah fix banget jd yatim. Terus aku buka line dari fadil yang isinya cuma "ci" sama emot sad banyak banget. Entah kenapa bisa banget aku waktu itu bales dengan sok tegar ke semua org yg ngucapin turut berduka cita buat bilang iyaa maafin bapak yaaa, iyaa makasih yaaa, iyaa gapapa kok, GAPAPA?!  Gatau lah pokonya waktu itu aku masih bisa line sana sini ke temen2 deket yg emang kenal bapak buat ngabarin kalo bapak gaada, padahal aku aja gaada yg ngabarin tautau ada yg ngucapin turut berduka aja. Hal yang aku kesel waktu itu adalah.... Kenapa bapak pergi disaaat aku gaada dirumah? Disaat aku gaada disamping bapak? Disaat aku lagi jauh. Kenapa bapak ga nungguin aku pulang? Dulu waktu mbah mau meninggal dia nunggu semua anaknya kumpul dulu baru bisa meninggal. Terus? Kenapa disaat aku jauh bapak tetep meninggal?. Pemikiran bodoh memang. Emangnya aku malaikat pencabut nyawa yg kalo gaaada aku bapak bisa ga meninggal?. Semua udah takdir. Selesai aku line sana sini, akhirnya aku nelfon ke nomer rumah, diangkat. Mang hamid waktu itu yg ngangkat, gapake ba bi bu langsung aku amatah-marah sambil nangis "oci mau pulang! Pokonya oci mau pulanggg!!!" Akhirnya telfon dioper ke wa ade yg waktu itu ngomong nya jg sambil nangis " oci tau dari siapa? Yg kuat ya neng, bikin ibu kuat, bikin adam sm teh ina kuat" dan aku cuma bisa bilang "pokonya mau pulang!!" Sambil marah-marah, "iyaa neng udah dijemput dari tadi sm mang yaya sm teh bunga" langsung aku matiin hpnya. Aku langsung cuci muka, packing masukin baju seadanya salin pake jeans sm kemeja putih. Waktu itu jam 1an dan salsa sama rystry masih tidur. Aku bener-bener gamau bangunin mereka. Sambil nunggu dijemput aku bengong aja buka jendela liat jalanan tol yg emg keliatan dari sana sambil nangis sambil manggil2 bapak, berharap arwah bapak dateng gitu kaya di film-film trs meluk aku, tp gaada. Sampe akhirnya jam 3an aku liat mobil dateng didepan asrama, baru lah aku bangunin rystry, karena salsa dikasur atas dan susah waktu itu dibanguninnya. Aku bangunin rystry buat kunci pintu kamar karena aku mau pulang. Akhirnya rystry bangun dan kaget banget liat aku udah rapih bawa ransel penuh mau pulang. Ga banyak basa basi pas rystry bangun dan masih linglung aku cuma bilang "rys bapak meninggal, aku mau pulang udah dijemput, kunci pintu kamar" abis itu rystry cuma bilang "inalilahi" sambil kaget gt trs aku lansung tinggal pulang. Bandung-Serpong waktu itu adalah perjalanan terburuk sepanjang hidupku sampai saat ini. Aku sampe dirumah subuh, udah ada tenda udah banyak bendera kuning, banyak tetangga, banyak sodara, dan bapak yang tertidur kaku dengan tutupan kain batik. Sampe rumah pas masuk aku gamau liat bapak, aku lewatin sampe akhirnya ketemu ibu, lbu langsung meluk aku dan bilang "gapapa, ini gapapa, oci tenang aja, oci doain ibu bisa, insyaAllah kalian masih bisa sekolah, biar ibu yang biayain, gaboleh nangis!, harus kuat? Anak ibu kuat-kuat! Kata bapak kita gaboleh lemah!" Gaada sepatah kata pun yang keluar dari mulut ku, dan gaaada tangisan yang keluar dari mulut ibu. Abis selesai ibu meluk aku langsung ke dalem tp gaboleh sm ibu "itu minta maaf dulu sama bapak!" Gatau kenapa ibu jd galak waktu itu, akhirnya aku minta maaf didepan jenazah bapak "cium bapaknya buat terahir kali!" Aku nurut, aku cium pipi bapak, pipi yang dulu emang selalu aku cium kalo mau minta apa-apa "pa oci mau ini dong" "pak ayu kensini " "pak cepetannnn" dan bapak selalu bales sambil becanda "ciumm duluuu" sambil nunjuk ke pipinya, dan saat itu pipi yang aku cium tanpa bapak minta udah berubah jd pipi yang dingin. Pipi yang gak aku kenal. hari itu, rumah kami menjadi rumah paling ramai di rt 04. Bikin halaman rumah orang jd penuh dipake parkir org ngelayat, termasuk rumah fadil. Dan hari itu semua org baik-baik sm aku. Pd melukin pd cium pd ngelus2. Tp aku gabutuh itu semua. Aku butuhnya bapak.  Bapak oci ikhlas kok, cuma lagi kangen aja. Salam buat Allah ya :)